Giliran KPI Disomasi Menkominfo
Puji Astuti Official Writer
JAWABAN.com - Jakarta - Meski tayangan parodi politik bertajuk "Republik Mimpi" atau Newsdotcom telah berganti nama menjadi "Kerajaan Mimpi", tapi rencana Menteri Komunikasi dan Informasi (Koinfo) Sofyan Djalil jalan terus.
"Saya akan tetap somasi, tapi somasi ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dulu, baru ke pengadilan. Dalam waktu dekat surat somasi akan kami kirim ke KPI," kata Menkominfo Sofyan Djalil kepada SH, Senin siang (5/3).
Sementara itu, anggota Komisi Penyiaran Indoensia (KPI ) Dr. Sasa Djuarsa ketika dimintai tanggapannya mengatakan, setiap orang - termasuk Menteri Koinfo Sofjan Djalil - boleh saja mengajukan keberatan atau somasi atas suatu isi tayangan televisi.
"Soal tayangan Republik Mimpi atau Kerajaan Mimpi, menurut saya itu bagian dari kebebasan berekspresi yang dijamin UUD'45. Tujuannya kan positif, untuk pendidikan politik masyarakat lewat lelucon," kata Sasa Djuarsa kepada SH, Senin (5/3)
Namun, Sasa yang juga dosen Jurusan Komunikasi FISIP UI ini menyatakan, bila somasi Menkoinfo dilayangkan ke KPI, pihaknya akan memproses sesuai prosedur KPI.
"Pada saatnya KPI akan memberikan masukan atau rekomendasi," tambahnya.
Lebih lanjut, Sofyan Djalil mengatakan KPI adalah pihak yang paling berwenang dalam menilai suatu isi tayangan televisi. Pihaknya berharap KPI memberikan penilaian atau pandangan yang sesuai dengan pendapatnya bahwa acara tersebut lebih banyak mudarat (jeleknya) daripada positifnya.
Sebelumnya, juga kepada SH, Sofyan Djalil menyatakan isi tayangan "Republik Mimpi", terutama yang menampilkan peniru-peniru presiden, telah mendelegitimasikan lembaga kepresidenan.
Namun, Sofyan Djalil mengakui sampai saat ini tidak ada teguran atau pembicaraan dari presiden mengenai acara Republik Mimpi tersebut.
"Presiden hanya mengatakan saat ini kebebasan pers luar biasa bebasnya," tambahnya.
Menghitung HariSementara itu di tengah terpaan somasi dan ancaman penarikan sponsor utama, yakni Sampoerna A Mild, tayangan parodi politik ini tetap mengudara. Tapi, namanya telah berubah sesuai dekrit presiden
Republik Mimpi Si Butet dari Yogya (SBY) menjadi
"Kerajaan Mimpi". Pada tayangan Minggu (4/3) malam, masih tampil peniru presiden BJ Habibi, dan peniru presiden Megawati, bahkan ada tamu istimewa yaitu mantan Ketua MPR Amin Rais.
Di sela pengambilan gambar, Amien Rais mengatakan pemerintah yang tak tahan kritik dan ingin menggunakan kekuasaannya untuk menekan atau mengancam kebebasan pers dan kebebasan warga negara, biasanya umurnya tak lama.
"Saya banyak mempelajari akhir suatu pemerintahan, biasanya cenderung over dengan menekan dan mengancam-ancam. Ini yang perlu diingatkan," ujar Amien sambil menilai tayangan parodi politik sangat baik bagi pendidikan politik rakyat.
Pada bagian lain, penggagas parodi politik "Republik Mimpi", Effendi Gazali mengaku, pihaknya akan jalan terus dengan program parodi politik. Seiring ancaman somasi, dukungan dari banyak elemen masyarakat malah meningkat, termasuk juga sponsor acara tersebut pun bertambah.
Tentang hubungannya dengan Menkominfo Sofyan Djalil, Ketua Program Pascasajana Komunikasi Politik FISIP UI ini kepada SH, Senin (5/3), mengatakan hubungannya dengan Sofyan Djalil baik-baik saja, bahkan masih sering mengirim pesan singkat atau SMS.
"Jadi, soal somasi atau tidak, tidak akan mengubah program Newsdotcom. Buktinya, tayangan Minggu malam makin kritis dan makin berani. Toh, pihak stasiun TV dan iklan tidak mempan lagi ditekan siapapun," tuturnya.
Manajer acara Republik Mimpi Iwelnaldi kepada SH mengatakan saat ini makin banyak dukungan dari kalangan LSM dan elemen prodemokrasi. Mereka bahkan menyatakan sedang mencari informasi mengapa Menkominfo tidak seperti biasanya bertindak di luar perkiraan.
Presiden lewat Andi Mallarangeng padahal memuji acara ini, juga Wapres Jusuf Kalla yang kemarin mengirim stafnya melihat pengambilam gambar. Di kalangan media berkembang isu pihak RI 3 yang mengusulkan agar dilakukan somasi. Tapi ketika masalah ini ditanyakan, Iwelnaldi malah balik bertanya :
"Nggak tahu ya, siapa RI 3 itu," katanya. (nat) Sumber : sinarharapan.co.id
Halaman :
1